MAKALAH MENGENAI DINAMIKA SOSIAL
BUDAYA INDONESIA DALAM PEMBANGUNAN
Untuk memenuhi tugasdalam mata kuliah
Sistem Sosial Budaya Indonesia
Disusun Oleh:
Sri
Nurlatifah (1138010249)
Tesya
Sri Septiani ( 1138010257)
Wildani
Fikri B (1138010280)
Yayu
Widia (1138010274)
Kelompok
: 3
Kelas :
Semester II
Administrasi Negara G
JURUSAN ANDMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2014
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah,segala
puji bagi allah SWT yang telah melimpahkan nikmat kepada kita semua.Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad
SAW,segenap keluarga,dan para sahabatnya,serta kepada seluruh umatnya yang
senantiasa mengikuti jejak dan langkahnya.
Shalawat dan
salam yang telah melimpahkan segala
fikiran,kesehatan,kemauan,dan semangat penyusunan makalah ini,dalam rangka peningkatan mutu dan
pembelajaran,khususnya dalam pelajaran Sistem Sosial Budaya Indonesia di tingkat perguruan tinggi.
Merupakan suatu
kewajiban bagi mahasiswa untuk menyusun makalah ini.Kesempatan ini akan kami
jadikan sebagai ajang pembelajaran dan pengembangan diri membuka wawasan.
Dengan adanya
penyusunan makalah ini,kami yakin akan bermanfaat umumnya bagi pembaca dan
khususnya bagi penyusun.Seiring dengan ini penyusun ingin mengucapkan terima
kasih kepada berbagai pihak :
1.
Engkos
Koswara M.ag selaku dosen Sistem Sosial BudayaIndonesia
2.
Orang
tua dan rekan-rekan yang telah memberikan dorongan kepada kita baik moril
maupun materil.
Akhir kata
semoga penyusunan makalah ini dapat menjadi pengantar dan Inspirasi yang
bermanfaat bagi penyusun maupun untuk pembaca yang budiman.
Bandung, 11Maret 2014
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Konsep masyarakat Indonesia tumbuh dari suatu proses
perjalanan masyarakat yang panjang oleh bentukan sejarah, keanekaragaman dan
keseragaman tradisi, serta modernisasi untuk sampai pada keadaan seperti
sekarang ini.Tentang hal itu, kajian tentang masyarakat Indonesia sudah banyak
dilakukan oleh para ilmuan, termasuk ilmuan social.Pada masa colonial ialah
memperoleh pengetahuan tentang masyarakat dan kebudayaan penduduk pribumi untuk
berbagai kepentingan pemerintah jajahan, sedangkan dalam masa mengisi kemerdekaan
ini bertujuan untuk meningkatkan persatuan dan mendukung pembangunan melalui
modernisasi masyarakat Indonesia.
Pembangunan, yang kita artikan sebagai usaha
berencana kea rah peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam segala segi
perikehidupan secara lebih baik dalam proses kegiatannya mendorong pula pada
pengambilan teknologi dan ilmu pengetahuan guna
mempercepat usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat itu.
Pengambilan teknologi dan ilmu pengetahuan yang
diperlukan pada tahap-tahap tertentu memerlukan juga penyesuaian social budaya
dalam proses penggarapannya.Teknologi dan ilmu pengetahuan yang berkembang atas
dasar nilai dan gagasan yang berasal dari kebudayaan asing belum tentu sesuai
dengan nilai-nilai dan gagasan dasar yang selama ini mendominasi kehidupan
social budaya bangsa Indonesia.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut besar
kemungkinan bahwa proses pembangunan akan menggeser nilai-nilai dan gagasan
dasar yang ada, mengembangkan gagasan baru ataupun menggantikannya sama sekali
dengan nilai-nilai yang telah menumbuhkan teknologi dan ilmu pengetahuan yang
diambil oleh itu.Dalam pada itu, dapat dikatakan bahwa pembangunan untuk
meningkatkan kesejahteraan berarti pula proses pembaharuan kebudayaan.Kemajuan
teknologi, khusunya dibidang komunikasi dan transportasi telah sangat
memperlancar kontak antarbudaya bangsa.Interaksi social, tukar menukar
pengalamann pengetahuan dan gagasan dapat terlaksana dengan mudah oleh setiap
orang dan tanpa menegenal batas geografis, politik maupun kebudayaan.
Searah dengan kecenderungan social budaya yang
dinamis yang selalu berkembang, maka kontak-kontak seperti itu merupakan
alamiah yang juga tidak mungkin dibendung.Yang menjadi masalah ialah luas dan
derasnya arus pengaruh budaya asing dewasa ini sampai akibat dari kemajuan
teknologi dan ilmu pengetahuan,
kebutuhan-kebutuhan yang timbul akibat pembangunan, ditambah dengan daya
seleksi masyarakat yang melemah serta kurang mampu memilih unsur kebudayaan
asing yang benar-benar diperlukan dan yang sesuai dengan nilai-nilai yang
ada.Mengadopsi unsur-unsur budaya asing yang kurang terarah dapat mengakibatkan
tersisihnya nilai-nilai dan gagasan dasar yang selama ini mendominasi pola
tingkah laku anggota masyarakat yang akhirnya akan memperoleh kepribadian dan
semangat nasionalisme.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana landasan pemikiran
dinamika social budaya Indonesia dalam pembangunan ?
2. Apa pengertian dan makna system social
budaya Indonesia ?
3. Bagaimana perkembangan manusia di
Indonesia ?
4. Bagaimana perkembangan social
budaya Indonesia ?
5. Bagaimana perkembanggan kebudayaan
Indonesia ?
1.3
Tujuan
Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana landasan pemiikiran
dinamika social budaya Indonesia.
2. Untuk mngetahui pengertian dan makna system
social budaya Indonesia.
3. Untuk mengetahui perkembangan manusia di
Indonesia.
4. Untuk mengetahui perkembangan social budaya
Indonesia.
5. Untuk mengetahui perkembangan kebudayaan
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Landasan Pemikiran Dinamika Sosial Budaya Indonesia
dalam Pembangunan
Dalam kehidupan berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat system social budaya Indonesia sebenarnya telah
tercermin.Baik itu tersirat sebagaimana terdapat dalam Pembukaan Undang-undang
Dasar 1945 dan Batang Tubuh Undang-undang dasar 1945.Dalam penjelasan
pokok-pokok pikiran Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa “undang-undang dasar harus
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara Negara
untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh
cita-cita moral rakyat yang luhur”.
Pada
pasal-pasal Undang-Undang dasar1945, antara lain disebutkan dalam pasal 27 ayat
(2), yang menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemnusiaan.Pasal ini memancarkan atas keadilan
social dan kerakyatan.Pasal 28 menyatakan bahwa setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat yang ditetapkan
dengan undang-undang.Pasal 29 ayat (1) menyatakan bahwa Negara berdasar
ketuhanan yang Maha Esa.Pasal 29 ayat (2) menyatakan bahwa Negara menjamin
kemerdekaan setiap penduduk untuk memelukan agamanya masing-masing dan
beribadat menurut agama dan kepercayaan.Pasal 31 ayat (1) menetapkan bahwa
setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan.Pasal 31 ayat (3) mewajibkan
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu system pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur oleh Undnag-Undang .Pasal 37
menetapkan agar pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dan memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.
Penjelasan
undang-undang dasar 1945 memberikan rumusan tentang kebudayaan bangsa sebagai
berikut: kebudayaan yang timbul sebagai buah usaha budidaya rakyat Indonesia
seluruhnya, termasuk kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagai
puncak-puncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia terhitung
sebagai kebudayaan nasional.Usaha kebudayaan harus menuju kearah kemajuan adab,
budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan
asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa sendiri
serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Indonesia.Pasal 34 mengatur fakir
miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh Negara.Pasal 36 menetapkan
bahasa Negara ialah bahasa Indonesia.Dalam penjelasan Undang-undang dasar 1945,
bahasa daerah akan tetap dihormati dan dipelihara oleh Negara.
Untuk menyusun dan membentuk system social budaya maka apa yang telah tertuang dalam berbagai pokok fikiran tersebut diatas harus terangkum dalam suatu susunan terpadu dan integralistik sehingga system social budaya Indonesia benar-benar dapat mendukung proses pembangunan nasional.Ada beberapa alas an mengapa harus terpadu dan intergalistik, yaitu :
Untuk menyusun dan membentuk system social budaya maka apa yang telah tertuang dalam berbagai pokok fikiran tersebut diatas harus terangkum dalam suatu susunan terpadu dan integralistik sehingga system social budaya Indonesia benar-benar dapat mendukung proses pembangunan nasional.Ada beberapa alas an mengapa harus terpadu dan intergalistik, yaitu :
1.
Unsur-unsur
social budaya, mencakup bidang kehidupan yang sangat luas dan mempunyai
keterkaitan, saling mendukung dan mengidenpedensi satu dengan yang lainnya.
2.
Untuk
membentuk keterkaitan yang bersifat fungsional maka pembangnan nasional
membutuhkan rujukan dan kriteria yang mengacu pada sutu system social budaya
yang bertumpu pada ideology pancasila
3.
Mempererat
kaitan antara pembangunan social politik, social budaya, social ekonomi,
pertahanan dan keamanan sehingga bidang-bidang tersebut dapat bersifat saling
menunjang, walaupun titik berat pembangunan tetap di bidang social
ekonomi.Pertumbuhan dan perkembangan system-sistem ini harus berjalan seiring
dan serasi.Peningkatan yang menonjolkan satu system saja akan menimbulkan
ketimpangan, bahkan dapat menjadi embrio kerawanan.
Pelaksanaan pembangunan nasional
akan dapat dikatakan berhasil baik apabila dilandasi terlebih dahulu oleh
pembangunan di bidang social budaya, termasuk penyusunan dan pembentukan
sistemnya, karena dibidang inilah ditentukan pembentukan manusia sebagai
pelaksana pembangunan.Hal ini penting karena bagaimanapun juga baiknya suatu
rencana dan program pembangunan, hasilnya akan banyak bergantung kepada
kualitas manusianya.Karena itu, diperlukan pembangunan system social budaya
yang bertujuan untuk membina mental, sikap hidup dan sikap budaya Indonesia,
baik kedudukannya sebagai individu maupun sebagai bangsa yang yakin akan
kebenaran pancasila, sehingga mampu dihadapkan kepada tuntutan pembangunan
beserta permasalahannya dalam lingkungan yang dinamis dan tuntutan kemajuan
global.[1]
2.2
Pengertian dan Makna Sistem Sosial Budaya Indonesia
Sistem adalah istilah yang artinya menggabungkan,
untuk mendirikan, untuk menempatkan bersama.Sistem adalah kumpulan elemen
berhubungan yang menjadi kesatuan atau kebulatan yang kompleks.Sistem merupakan
jarintan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, untuk
menjalankan fungsi masing-masing untuk menghasilkan atau menyelesaikan sesuatu
yang menjadi sasaran bersama.
Sosial menurut Lena Dominelli adalah bagian yang tidak utuh dari
sebuah hubungan manusia sehingga membutuhkan pemakluman atas hal-hal yang
bersifat rapuh didalamnya.Edward B. Tylor
berpendapat bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya termuat kepercayaan, pengetahuan, kesenian,
moral, adat istiadat, hukum, dan kemampuan-kemampuan lain yang
diperoleh seseorang sebagai bagian dari masyarakat. Perubahan sosial budaya
bisa terjadi apabila satu kebudayaan melakukan kontak atau terjadi hubungan
dengan kebudayaan asing.Perubahan sosial budaya merupakan sebuah gejala
berubahnya struktur sosial dan juga pola budaya di dalam sebuah masyarakat.
Sistem Budaya merupakan bentuk abstrak dari
kebudayaan..Sistem budaya merupakan ide dan gagasan manusia yang hidup
bermasyarakat. Ide manusia tersebut tidak terlepas melainkan berkaitan
satu dengan lainnya dalam sebuah sistem. Oleh karena itu sistem budaya adalah salah satu bagian dari
kebudayaan, yaitu adat istiadat yang didalamnya termasuk sistem norma, nilai
budaya, dan semua norma yang hidup dan berkembang di masyarakat.
Istilah social budaya merupakan bentuk gabungan dari sitilah social dan budaya.Sosial dalam arti masyarakat, budaya atau kebudayaan dalam arti sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.Sosial budaya dalam arti luas mencakup segala aspek kehidupan.Karena itu, atas dasar landasan pemikiran tersebut maka pengertian system social budaya Indonesia dapat dirumuskan sebagai totalitas tata nilai, tata social dan tata laku manusia Indonesia yang merupakan manifestasi dari karya, rasa, dan cipta di dalam keidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan pancasila dan Undang-undnag dasar 1945.Dalam hubungan ini, pengertian system social budaya mencakup dua segi utama kehidupan manusia.
Istilah social budaya merupakan bentuk gabungan dari sitilah social dan budaya.Sosial dalam arti masyarakat, budaya atau kebudayaan dalam arti sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.Sosial budaya dalam arti luas mencakup segala aspek kehidupan.Karena itu, atas dasar landasan pemikiran tersebut maka pengertian system social budaya Indonesia dapat dirumuskan sebagai totalitas tata nilai, tata social dan tata laku manusia Indonesia yang merupakan manifestasi dari karya, rasa, dan cipta di dalam keidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan pancasila dan Undang-undnag dasar 1945.Dalam hubungan ini, pengertian system social budaya mencakup dua segi utama kehidupan manusia.
a.
Segi kemasyarakatan
Manusia
demi kelangsungan hidupnya harus mengadakan kerja sama dengan sesama
manusia.Pengertian kemasyarakatan hakikatnya adalah merupakan pergaulan hidup
manusia dalam kehiduppan bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai kebersamaan,
senasib sepenanggungan dan solidaritas yang merupakan unsur pemersatu kelompok
social.
b.
Segi Kebudayaan
Kebudayaan merupakan totalitas cara
hidup yang manifestasinya tampak di dalam tingkah laku dan hasil tingkah laku
yang terlembagakan.Hakikat budaya adalah system nilai yang merupakan hasil
hubungan manusia dengan cipta, rasa dan karsa yang menumbuhkan gagasan-gagasan
utama serta merupakan kekuatan pendukung dan penggerak kehidupan.Fokus budaya
dapat berupa nilai dan norma religious, ekonomi atau nilai social budaya
lainnya, seperti ilmu penegtahuan dan teknologi.
Kehidupan social budaya bangsa dan
Negara Indonesia merupakan kehidupan yang menyangkut aspek kemasyarakatan dan
kebudayaan yang dijiwai oleh falsafah dasar pancasila.Nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila adalah nilai yang digali dari nilai-nilai luhur yang
ada dalam diri bangsa Indonesia.Karena itu, titik sentral kebudayaan adalah
terletak pada potensi sumber daya manusiannya.Kebudayaan nasional harus
memudahkan proses mempertinggi derajat dan martabat bangsa Indonesia itu.
Sistem social budaya harus mampu
mendukung strategi pembangunan nasional.Hal ini terasa penting bagi bangsa
Indonesia, terutama bila menyadari betapa bhinekanya masyarakat itu, yaitu
suatu masyarakat yang majemuk yang hidup tersebar diseluruh tanah air, secara
social budaya masyarakat Indonesia memang benar-benar ragam.
Keragaman structural ini apabila dapat
dibina dengan baik, artinya dibina menurut factor-faktor perekatnya, dengan
mengacu pada kesatuan nasional akan merupakan modal dasar pembangunan nasionalyang
tangguh.Namun, apabila tidak mampu membinanya dan dibiarkan tumbuh tanpa arah
yang menentu, artinya tanpa system yang mengikatnya, maka apabila ada anasir
yang destruktif dan justru mempergunakan factor keragaman tersebut untuk
mencapai tujuan-tujuan politik tertentu yyang bertentangan dengan pancasila dan
undang-undang dasar 1945, niscaya akan menyulut api perpecahan sebagaimana
bebrapa pengalaman pahit yang pernah dialami yang secara langsung mengganggu
stabilitas politik, pertahanan, keamanan, dan pembangunan.
Sistem social budaya mencerminkan hasil
cipta, rasa dan karya insan Indonesia yang dilandaskan pancasila dan
undang-undang dasar 1945, yang berproses menuju terwujudnya kualitas manusia
Indonesia dan kualitas masyarakat Inonesia yang maju dalam suasana tentram dan
sejahtera.Selain itu, system social budaya Indonesia berorientasi pada manusia
dengan menempatkannya sebagai subjek, objek dan tujuan kehidupan masyarakat dan
Negara.Manusia diakui sebagai pribadi yang mempunya martabat mulia dan hak
asasi yang harus dijunjung tinggi.Dengan demikian, sitem social budaya
Indonesia memungkinkan setiap manusia mengembangkan dirinya dan mencapai
kesejahteraan lahir batinnya selengkap mungkin secara merdeka sesuai dengan
kata hatinya dalam kerangka pola berpikir dan bertindak yang berdasarkan pancasila.[2]
Unsur-unsur Sistem
Sosial Budaya
Sepuluh unsur sistem sosial menurut Alvin L. Bertrand
1. Perasaan (sentiment)
2. Keyakinan (pengetahuan)
3. Norma Tujuan
4. Tujuan
5.Tingkatan atau pangkat (rank) Status dan peranan
6.Status dan peranan
7.Sanksi
8.Kekuasaan atau pengaruh (power) Sanksi
9. Tekanan ketegangaan (stress strain)
10. Sarana atau fasilitas
Sepuluh unsur sistem sosial menurut Alvin L. Bertrand
1. Perasaan (sentiment)
2. Keyakinan (pengetahuan)
3. Norma Tujuan
4. Tujuan
5.Tingkatan atau pangkat (rank) Status dan peranan
6.Status dan peranan
7.Sanksi
8.Kekuasaan atau pengaruh (power) Sanksi
9. Tekanan ketegangaan (stress strain)
10. Sarana atau fasilitas
Unsur Budaya menurut Bronislaw Malinowski
1.sistem norma sosial - yang memberikan kemungkinan kepada masyarakat untuk bekerjasama dan menyesuaikan diri
2. organisasi ekonomi
3. alat atau Lembaga Pendidikan (Keluarga)
4. organisasi politik
Proses-proses sistem sosial:
- Komunikasi
- Memelihara tapal batas
- Penjalinan sistem
- Sosialisasi
- Pengawasan sosial
- Pelembagaan
- Perubahan social
Fungsi Sistem
Sosial Budaya
Fungsi sistem budaya adalah untuk menata dan juga menetapkan tidakan serta tingkah laku masyarakat(manusia). Proses pembelajaran sistem ini dilakukan dengan pembudayaan atau pelembagaan yang bertujuan untuk dapat menyesuaikan diri(pikiran dan sikap) denngan norma adat, dan peraturan yang hidup di lingkungan kebudayaannya. Proses pembelajaran dilakukan mulai dari kecil dari lingkungan keluarga, lingkungan diluar rumah, dan lingkungan selanjutnya. Dimulai dari meniru apapun(sesuatu yang baik) yang ada di lingkungan tersebut kemudian tindakan tersebut akan menimbulkan dorongan untuk dimasukkan kedalam kepribadian sehingga menjadi pola dan norma yang mengatur tindakan yang dibudayakan. Tidak semua orang mampu untuk beradaptasi dengan sistem budaya di lingkungan sosial atau disebut juga deviants.
Fungsi sistem budaya adalah untuk menata dan juga menetapkan tidakan serta tingkah laku masyarakat(manusia). Proses pembelajaran sistem ini dilakukan dengan pembudayaan atau pelembagaan yang bertujuan untuk dapat menyesuaikan diri(pikiran dan sikap) denngan norma adat, dan peraturan yang hidup di lingkungan kebudayaannya. Proses pembelajaran dilakukan mulai dari kecil dari lingkungan keluarga, lingkungan diluar rumah, dan lingkungan selanjutnya. Dimulai dari meniru apapun(sesuatu yang baik) yang ada di lingkungan tersebut kemudian tindakan tersebut akan menimbulkan dorongan untuk dimasukkan kedalam kepribadian sehingga menjadi pola dan norma yang mengatur tindakan yang dibudayakan. Tidak semua orang mampu untuk beradaptasi dengan sistem budaya di lingkungan sosial atau disebut juga deviants.
2.3Perkembangan Manusia di Indonesia
Tiga
juta tahun lalu, manusia baru muncul dipermukaan bumi bersama dengan terjadinya
glasiasi atau kala plestosin(Jacob,
1971, 1983 ; Ardan 1993).Masa holisin
yang berlangsung kira-kira 10.000 tahun lalu merupakan setelah plestosin.
Dibagian barat kepulauan Indonesia
(sebagai akibat turunnya air laut) pernah bersambung dengan daratan Asia,
daratan itu disebut “paparan Sunda”serta bagian timur, Papua (irian) dan
sekitarnya menyambung dengan daratan Australia disebut “Paparan Sahul”
(Kartodirdjo, dkk, 1975; Ardnan, 1993).daratan diantara paparan sunda dan
paparan sahul itu ialah kepulauan Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku sekarang
yang didaratannya tak mapan dan dibatasi laut yang dalam dengan kedua paparan
tersebut.Migrasi terjadi dari daratan Asia melalui semenanjung, ke Sumatra dan
Kalimantan atau antara Kalimantan, Filipina, Formosa dengan Cina bagian
selatan.Seangkan hubungan dengan Australia dapat terjadi melalui Nusa Tenggara
atau Irian.Dalam menentukan arah migrasi tersebut perlu mengetahui pula
kepurbaan dari sisa-sisa manusia di daerah-daerah tersebut karena migrasi di
kedua arah itu pada amsa silam tentulah berlangsung (Jacob, 1957; Kartodirdjo,
dkk 1975).
Kemudian,
permukaan air laut menjadi tinggi dan kedua dan kedua daratan itu terbentuk
emnjadi pulau-pulau.Dengan demikian, kelompok manusia juga tinggal di
daerah-darah tersebut menjadi terpisah pula.Kelompok-kelompok manusia itu hiup
cukup lama dalam isolasi pada lingkungan yang selalu berubah dan berbeda akan
menyebabkan evolusi atau perubahan tertentu (Biddrsell, 1972; Jacob, 1973;
Ardan, 1993).Pada masa terjadinya glasisasi maka permukaan laut tersebut turun
kembali, karena itu pulau-pulau yang terpisah disatukan kembali menjadi
daratan.Hibridisasi terjadi atau percampuran antara kelompok manusia yang sudah
mengalami perubahan dari masa sebelumnya.
Menurut
taksonomi dunia makhluk hidup, manusia termasuk dalam genus homo yang sekarang ini hanya memiliki
spesies, yaitu homo sapiens (Garn,
1963; Jacob, 1989; Ardan, 1993).Isolasi reproduktif terjadi oleh adanya isolasi
geografis, pengaburan dalam identifikasi mungkin terjadi oleh hibridasi kembali
dengan populasi induk sehingga perbedaan populasi semakin besar, sedangkan
perbedaan antara populasi semakin kecil (Kroeber, 1963; Jacob, 1969; Ardan
1993).
Pembagian
manusia dalam berbagai kelompok Ras tidak mudah karena ciri-ciri yang
membedakan sering kali tumpang tindih oleh bagian preferinya.Manusia dapat
diklasifikasikan dalam tiga ras pokok, yaitu kaukasoid, negroid, dan mongoloid
serta empat ras campuran australoid,
viddoid, Polynesia, dan aino
(Koeber, 1963).Sedangkan Garn (1963) mengklasifikasikan homo sapiens dalam Sembilan kelompok ras menurut wilayah geografi
yaitu :
1. Amerika
2. Polinesia
3. Mikronesia
4. Papuomelanesia
5. Australia
6. Asia
7. India
8. Eropa
9. Afrika
Mungkin
bagi keperluan studi tentang ras dan migrasinya, dikepulauan nusantara
pembagian manusia dalam lima kelompok :
Austromelanosoid, kakukasoid, khoisanoid, dann negroid lebih cocok (Biontropologi, UGM; Aran, 1993).[3]
Teori yang
mnjelaskan tentang tentang perkembangan manusia :
1.Teori
Van Heine Geldern
Menurut teorinya, bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia. Pendapat ini didukung oleh artefak-artefak (bentuk budaya) yang ditemukan di Indonesia yang memiliki kesamaan bentuk dengan yang ditemukan di daratan Asia.
2.Teori Prof. Muhammad Yamin
Ia berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Hal ini dibuktikan dengan penemuan fosil-fosil tertua dengan jumlah terbanyak di daerah Indonesia.
3.Teori Prof. Dr. H. Kern
Kern menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Campa, Kochin Cina, dan Kampuchea. Kern juga menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mempergunakan perahu bercadik menuju kepulauan Indonesia. Pendapat Kern ini didukung dengan adanya persamaan nama dan bahasa yang dipergunakan di daerah-daerah di Indonesia (yang menjadi objek penelitian Kern adalah persamaan bahasa serta persamaan nama binatang dan alat perang).
4.Teori Prof. Dr. Kroom
Ia menyatakan bahwa asal-usul bangsa Indonesia adalah dari daerah Cina Tengah karena di daerah tersebut banyak sungai yang besar. Mereka menyebar ke wilayah Indonesia sampai tahun 1500 SM.
5.Teori Moh. Ali
Ia berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari Yunan daerah Cina Selatan, yakni dari hulu sungai besar di Asia yang kedatangannya di Nusantara secara bergelombang. Gelombang pertama adalah gelombang Melayu Tua (Proto Melayu 3000 SM – 1500 SM) dengan ciri budayanya adalah Neolitikum.Mereka datang dengan jenis perahu bercadik satu.Gelombang kedua adalah gelombang Melayu Baru (Deutero Melayu 1500 SM – 500 SM) dengan menggunakan perahu bercadik dua.
6.Teori Dr. Brandes
Ia berpendapat bahwa bangsa yang bermukim di Kepulauan Indonesia memiliki banyak persamaan dengan bangsa-bangsa pada daerah yang terbentang dari sebelah utara Formosa, sebelah barat Madagaskar, sebelah selatan tanah Jawa, dan sebelah timur sampai ke tepi barat Amerika.
Menurut teorinya, bangsa Indonesia berasal dari daratan Asia. Pendapat ini didukung oleh artefak-artefak (bentuk budaya) yang ditemukan di Indonesia yang memiliki kesamaan bentuk dengan yang ditemukan di daratan Asia.
2.Teori Prof. Muhammad Yamin
Ia berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Indonesia sendiri. Hal ini dibuktikan dengan penemuan fosil-fosil tertua dengan jumlah terbanyak di daerah Indonesia.
3.Teori Prof. Dr. H. Kern
Kern menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Campa, Kochin Cina, dan Kampuchea. Kern juga menyatakan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mempergunakan perahu bercadik menuju kepulauan Indonesia. Pendapat Kern ini didukung dengan adanya persamaan nama dan bahasa yang dipergunakan di daerah-daerah di Indonesia (yang menjadi objek penelitian Kern adalah persamaan bahasa serta persamaan nama binatang dan alat perang).
4.Teori Prof. Dr. Kroom
Ia menyatakan bahwa asal-usul bangsa Indonesia adalah dari daerah Cina Tengah karena di daerah tersebut banyak sungai yang besar. Mereka menyebar ke wilayah Indonesia sampai tahun 1500 SM.
5.Teori Moh. Ali
Ia berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari Yunan daerah Cina Selatan, yakni dari hulu sungai besar di Asia yang kedatangannya di Nusantara secara bergelombang. Gelombang pertama adalah gelombang Melayu Tua (Proto Melayu 3000 SM – 1500 SM) dengan ciri budayanya adalah Neolitikum.Mereka datang dengan jenis perahu bercadik satu.Gelombang kedua adalah gelombang Melayu Baru (Deutero Melayu 1500 SM – 500 SM) dengan menggunakan perahu bercadik dua.
6.Teori Dr. Brandes
Ia berpendapat bahwa bangsa yang bermukim di Kepulauan Indonesia memiliki banyak persamaan dengan bangsa-bangsa pada daerah yang terbentang dari sebelah utara Formosa, sebelah barat Madagaskar, sebelah selatan tanah Jawa, dan sebelah timur sampai ke tepi barat Amerika.
7.Teori Willem Smith
Ia meneliti asal-usul bangsa Indonesia melalui penggunaan bahasa oleh bangsa Indonesia. Willem Smith membagi bangsa di Asia atas dasar bahasa yang dipergunakannya, yaitu bangsa berbahasa Togon, bangsa yang berbahasa Jerman, dan bangsa yang berbahasa Austria.Bangsa yang berbahasa Austria dibagi dua, yaitu bangsa yang berbahasa Austro-Asia dan bangsa yang berbahasa Austronesia.Bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia ini mendiami wilayah Indonesia, Melanesia, dan Polinesia.
8.Teori Hogen
Ia menyatakan bahwa bangsa yang mendiami daerah pesisir Melayu berasal dari Sumatra. Bangsa ini bercampur dengan bangsa Mongol yang kemudian disebut bangsa Proto Melayu dan Deutero Melayu. Bangsa Proto Melayu (Melayu Tua) menyebar di wilayah sekitar Indonesia tahun 1300 SM – 1500 SM. Adapun bangsa Deutero Melayu (Melayu Muda) menyebar di wilayah Indonesia sekitar tahun 1500 SM – 500 SM.
9.Teori Max Muller
Ia mengatakan bahwa asal bangsa Indonesia adalah daerah Asia Tenggara. Namun, pendapat Max Muller ini tidak begitu jelas alasannya.Ia menarik kesimpulan dari para peneliti lainnya.
10.Teori Majumdar
Sebagai seorang yang tekun dalam penelitian maka kesimpulan yang diperolehnya adalah bahwa bangsa-bangsa yang berbahasa Austronesia berasal dari India, kemudian menyebar ke Indocina, terus ke daerah Indonesia dan Pasifik. Pendapat Majumdar ini didukung oleh penelitiannya berdasarkan bahasa Austria yang merupakan bahasa muda di India Timur.
Berdasarkan penyelidikan terhadap penggunaan bahasa yang dipakai di berbagai kepulauan, Kern berkesimpulan bahwa Indonesia berasal dari satu daerah yang menggunakan bahasa yang sama, yaitu bahasa Campa, dan agak ke utara, yaitu Tonkin. Mereka datang ke Indonesia 1500 SM semula ke Kampuchea dan melanjutkan perjalanan ke Semenanjung Malaka.Dari Malaka masuk ke Sumatra, Kalimantan, dan Jawa, sedangkan yang berada di Filipina melanjutkan perjalanan sampai di Minahasa dan daerah sekitarnya.
Penduduk Indonesia masa kini menunjukan pengaruh papua Melanesia yang kuat di timur dan pengaruh kuat mongoloid atau melayu di barat serta bagian tengah memperlihatkan percampuran antara keduanya (Jacob, 1967; kartodirdjo, dkk, 1975).Adapun istilah melayu awal dan melayu akhir (deutro dan proto melayu) bukanlah merupakan taksonomi, tetapi lebih menunjukan waktu belakang (Jacob, 1967: Mundyah, 1982; Ardan, 1993).Percampuran kelompok austromelanosoid dengan kelompok melanosoid yang kemudian menjadi kelompok melayu awal dan manakala bercampur lagi dengan mongoloid kemudian menjadi kelompok akhir.Kelompok melayu akhir itu lebih banyak memiliki ciri mongoloid dibandingkan dengan kelompok melayu awal yang ada pada umumnya tinggal diwilayah pedalaman.Yang termasuk kelompok melayu awal ialah kelompok etnik batak, orang laut, sakai, talang mamak, utan, rawar, mandak, kubu, lubu, nias, mentawai, enggano, tengger, baduy, dayak, sasak, toraja, tokea, dan tomuna.Yang termasuk kelompok melayu akhir ialah aceh, minangkabau, melayu pesisir Sumatra, rejanglebong, lampung, jawa, sunda, Madura, bali, makasar, bugis, dan minahasa (Fisher, dalam Mundyah, 1982).Sedangkan arus gena kaukasoid berasal dari orang arab, india, turki, portugis, inggris, dan belanda.
Dunia melayu atau dikenal pula
sebagai Alam Melayu dianggap oleh banyak ilmuan merupakan salah satu “mutiara
timur” yang wilayahnya terbentang luas, meliputi Negara-negara Asia Tenggara,
yaitu dari semenanjungAsia Tenggara sampai ke kepulauan Nusantara (Indonesia),
Filipina, dan menyusur jauh ke lautan pasifik di Oseania.Semenanjung melayu
adalah penghubung antara daratan dan kepulauan dengan selat malaka yang
memebelah dua pantai semenanjung Sumatra.Dalam dunia melayu tersebut hidup
subur dan bertempat tinggal aneka ragam kelompok etnik yang menjadikan wilayah
yang luas itu sebagai wadah baggi kehidupan masyarakat multi etnik yang diikat
oleh berbagai kesamaan tertentu.
Sejak lama, alam melayu telah
menyimpan kehidupan budaya tersendiri, karena mereka tidak hanya mempertahankan
keberadaannya, tetapi juga mengembangkan budaya tersebut.Hasil cipta dari
budaya itu memperlihatkan corak yang halus, matang dalam pengolahan dan tinggi
daya pemikirannya.Seni arsitektur orang melayu campa dari abad ke-4 sampai abad
ke-15 misalnya, dapat disejajarkan dengan seni arsitektur India, Yuanani, dan
Cina.Cani Borobudur dan situs lainnya di Jawa memperlihatkan tak hanya
penyerapan pengaruh asing terhadap budaya setempat, tetapi jauh lebih mendalam
lagi, yaitu kemampuan budaya melayu menyerap unsur-unsur budaya luar untuk
dimatangkan menjadi budaya miliknya sendiri.Kemampuan budaya seperti itulah
yang menjadi gerak dari mekanisme kuat dalam alam melayu.Rentan daya cipta
seperti itu terdapat di berbagai wilayah di semenanjung asia tenggara,
Filipina, yang memperlihatkan hasil-hasil monumental dalam keagamaan,
pertanian, dan maritime.
Budaya melayu telah mengenal cara
penanaman padi di huma dan sawah yang meluas serta dianggap pengenalan tanaman
padi tertua di dunia.Sustem penanaman padi di campa dikenal dengan banak, sawah
dan huma di sunda, serta subak di bali, demikian juga halnya system pengairan
di Filipina seperti Malaysia (Terusan Wan Mat Saman di Kedah abad ke-19).Rumpun
melayu itu juga berkemampuan mengembangkan diri untuk mengarungi lautan yang
luas berlayar sampai ke Australia, Mesopotamia, Teluk Persia, Srilanka, India
dan Cina.Budaya maritime itu tidak hanya menghasilkan teknologi tradisional
pembuatan kapal, tetapi juga pencapaian tujuan pelayaran, yaitu perdagangan,
militer, dan penguasaan politik.Hukum laut dikenal sejak lama, seperti Hukum
Kanun Malaka (zaman kesultanan malaka) dan Amna sappa (Sulawesi).
Karya-karya sastra mengungkapkan
alam pikiran dunia melayu yang tinggi, misalnya sejak abad ke-5 di Campa
terdapat kira-kira 1.350 naskah lama tentang pemikiran dan falsafah agama,
Dharmapala dan Syakyakirti di Sriwijaya, Mpu kanwa, Dharmajaya, Mpu Tantular,
dan Mpu Prapanca (Nagara Kartagama), di jawa : Ceritra Parahyangan di sunda; I
Ia Galigo di Sulawesi; Sejarah Melayu (Tun Sri Lanang) dan Hikayat Hang Tuah di Malaysia (Ismail Hussein, dkk,
1989).Demikian pula halnya pada setiap masa, sesuai dengan pengaruh luar yang
diperoleh kebudayaan setempat tidak menjadi mundur, tetapi cenderung berkembang
sebagaimana hakikat bahwasannya makin deras pengaruh unsur-unsur budaya melanda
kebudayaan suatu masyarakat, maka makin aktif mekanisme budaya tersebut
memainkan peranan dalam mengukuhkan budaya tersebut dalam pendukungnya.
Pembicaraan mengenai orang melayu
dan kebudayannya bukann hanya menyangkut tentang Malaysia yang dikenal
berbahasa Melayu, tetapi lebih luas lagi, karena memakai bahasa Melayu itu jauh
lebih tersebar.Peranan bahasa Melayu sebagai “lingua franca” dari mulai pantai
Afrika sampai Guam, Papua dan Kaledonia Baru (Collins, 1986), misalnya
membicarakan mengenai melayu kepulauan dan berkaitan melayu lainnya.Penduduk
Semenanjung Malaysia seperti kelompok “masyarakat terasing” itu disebut “orang
asli”, yang dilihat dari sisi geografis tersebar luas, walaupun terdapat
konsentrasi bagi komunitas Negrito dan Senoi di bagian utara.Kelompok
masyarakat kecil ini banyak memiliki
berbagai persamaan dengan kelompok masyarakat terasing di wilayah Sumatra,
terutama mereka yang berada di sekitar pantai.
Bahasa Melayu digunakan sebagai
bahasa resmi di kerajaan Sriwijaya, Pasai di Aceh, dan kerajaan Melayu
Riau.Kerajaan Melayu Riau itu melalui tiga periode menurut pusat kerajaan,
yaitu kerajaan Bintan dan Tumasik, Kerajaan Malaka, Johor, Pahang, dan Lingga,
serta kerajaan Riau (Hamidy, 1985;25).Pusat kerajaan Bintan di Bintan, yang
kemudian pindah ke Tumasik, yaitu Singapura, tetapi setelah diserang Majapahit
pindah ke Malaka, dan tahun 1511 oleh serangan Portugis, pusat kerajaan pindah
lagi ke johor.Tahun 1719, Raja Kecil memindahkan pusat kerajaan dari Johor
kembali lagi ke Ulu Riau di Bintan, yang dalam pemerintahan Sultan Mahmud
pindah ke Daek Lingga (1788).Kerajaan Melayu Riau dikenal pula sebagai kerajaan
Riau Lingga yang menguasai wilayah utama, yaitu Tumasik, Johor, Pahang, Riau,
Lingga, dan bagian timur Sumatra.
Orang Melayu mnganut agama islam
lebih awal dari abad ke-14 M, sedangkan
di Malaysia, agama menjadi azas organisasi social orang Melayu seja zaman
kerajaan Malaka sehingga menjadikan kerajaan tersebut besar (Osman,1989:
165).Pudarnya kekuasaan politik Malaka oleh colonial Barat tidak banyak
mengubah agama islam menjadi pasak kebudayaan Melayu.Demikianlah, walaupun
berlangsung erosi kuasa politik terhadap kesultanan Melayu, tetapi mereka mampu
memantapkan islam sebagai dasar budaya Melayu.Selain itu, hal seperti itu
berlaku pula pada kesultanan Pontianak, Deli, Serdang, Langkat dank arena itu
mereka dianggap sebagai penjaga dan pemelihara (custodian) adat istiadat Melayu dan agama islam.
Menurut naskah melayu lama, seperti
Bustanus-Salatin, Tajus-Salatin, hukum kanun malaka, dan adat Aceh mengemukakan
bahwa pemerintahan para raja hendaklah berdasarkan sendi-sendi ajaran Islam,
bukan hanya dari syariah (hukum), tetapi juga kesejahteraan rakyat jelata.
Masjid atau surau memiliki pengurus,
walaupun demikian imamlah yang dianggap penting untuk pemimpin makmum dalam
ibadah dan hal-hal yang menyangkut kemasyarakatan.Seorang imam itu harus
memiliki pengetahuan agama yang tinggi, bertingkah laku baik yang patut menjadi
contoh.Idul fitri merupakan hari besar, yang antara lain dibuat makanan
istimmewa, seperti ketupat (selatan semenanjung) lemang, dan lepat (utara
semenanjung).Dalam islam, melakukan ibadah kepada Allah SWT tidak perlu
perantara, para alim ulama seperti imam, kadi atau mufti hanyalah bertindak
sebagai petunjuk saja.Manakala seorang mukmin mendirikan shalat atau berdoa
kepada Tuhan, hal ini dapat dikatakan sebagai institusi kultus (cult institution) yang bercorak individual.Institusi
kultus yang bersifat komunal ialah mengadakan upacara kurban pada idul adha,
menyambut Maulud Nabi yang mungkin tidak merupakan ibadat, tetapi memperoleh
pahala (religious merit).Corak
institusi kultus lainnya ialah melakukan berbagai upacara melalui perantara,
pawing atau bommoh (shamanic cult
institution) untuk menghindarkan wabah penyakit atau krisis yang melibatkan
seluruh warga komunitas.Orang melayu juga masih mengacu pada kepercayaan lama
yang menjadi tradisi nenek moyang mereka, walaupun islam mengajarkan tentang
tauhid kepada Allah SWT, tetapi manusia itu juga diharuskan berikhtiar untuk
tak menyerah demikian saja.Pepatah di Perak mislanya (Osman, 1989:178)
mengemukakan bahwa :
“jika imam
tempatnya di masjid, maka bomoh atau pawing tempatnya dirumah orang sakit atau
disawah ladiag”.
Tampaklah bahwa bomoh dan pawing itu
merupakan institusi social kapung dari masa silam peradaban melayu yang mampu
melengkapi kehidupan komunitas Melayu.Orang melayu percaya kepada adanya
makhluk-makhluk gaib, terutama “orang bunian” yaitu penghuni dunia ini, tetapi
dalam dimensi lain.Apabila timbul suatu keadaan yang tak dijelaskan secara
rasional atau seseorang tiba-tiba hilang taka da berita, maka penjelasannya
ialah disembunyikan oleh orang Bunian.Manusia, hewan dan benda juga memiliki
jiwa serta percaya bahwasannya manusia dapat memanggil jiwa
tersebut.Kepercayaan seperti ini dianggap penting dalam perbuatan Melayu yang
dapat diminta guna menyembuhkan seseorang dari sakitnya.
Orang Melayu dalam proses
sosialisasi terdiri atas dua tahap besar yaitu, merujuk kepada :
1. Masa
anak-anak, masih tergantung kepada ibu dan bapak dalam hamper semua aspek
kehidupan
2. Peringkat
anak telah emningkat dewasa atau pada peringkat remaja (Tham, 1979; Osman,
1989).
Pendidikan anak yang dianggap
sempurna pada tahap pertama itu merupakan satu tanggung jawabpenting dengan
titik berat pada pembentukan akhlak dan perkembangan pribadi yang sesuai dengan
nilai-nilai dan norma-norma social.Anak diajarkan berkelakuan baik, berbudi
bahasa, patuh orang tua, menghormati sanak keluarga, dan sesuai dengan norma
social.Diajarkan konsep dosa, pahala, wajib, haram, dan halal menurutAgama
islam dengan tetap mengacu pada adat Melayu, seperti diungkapkan dalam pepatah
berikut :
“kalau melentur
biarlah semasa rebung, dimana tumpahnya kuah kalau tidak ke nasi seperti ketam
menyuruh anaknya bberjalan lurus, bapak borek anak rintik”.
Kesemuanya itu merupakan control
social yang dikenakan kepada orang Melayu, artinya orang tua bertindak sebagai
pengawas dalam memperhatikan tinndakan anaknya agar pasti bersiap dalam
menghadapi kedewasaan dan bekerja serta berumah tangga.
Memberi pertolongan atau bantuan
kepada anggota keluarga manakala menghadapi kesusahan merupakan suatu tanggung
jawab moral dan dituntut oleh agama.Mereka yang tak memperdulikan hal ini
dianggap sombong, tinggi hati atau lupa aka nasal usulnya (lupa kulit akan
dagingnya).Melayani atau memelihara orang tua dianggap bukanlah beban, tetapi
2budi atau mendurhaka kepada orang tua.[4]
2.4
Perkembangan
Sosial Budaya Indonesia
Posisi Indonesia terletak di
persimpangan dua Samudra (Hindia dan Pasifik) dan dua Benua (Asia dan
Australia),yang sejak dahulu merupakan daerah perlintasan dan pertemuan
berbagai macam agama dan ideologi serta kebudayaan.
Dalam kondisi yang demikian, maka terdapat 5 lapisan
perkembangan sosial budaya Indonesia:
a)
Lapisan
sosial budaya lama dan asli, yang memperlihatkan persamaan yang mendasar
(bahasa, budaya,dan adat) di samping perbedaab-perbedaan dari daerah kedaerah.
Persatuan dan kesatuan yang bersumber kepada lapisan ini tidak di tiadakan oleh
datangnya agama dan nilai-nilai baru.
b)
Lapisan
keagamaan dan kebudayaan yang berasal dari India .wilaya Indonesia merupakan pusat pengenmangan peradaban Hindia
di pulau Jawa, namun kesadaran akan kebersamaan tetap dijunjung tinggi (Bineka
Tunggal Ika).
c)
Lapisan
yang datang dengan agama islam tersebar luas di Wilayah Indonesia yang
sekaligus juga memberikan corak tata kemasyarakatan, sebagaimana halnya agama
Budha dan Hindu yang telah memberi warna pada tatanan masyarakat dan struktur
ketata Negaraan.
d)
Lapisan
yang datang dari Barat bersama dengan agama Kristen melengkapi kehidupan umat
beragama di Indonesia di tengah tengah pengaruh dominasi asing yang silih
berganti dari kerajaan kerajaan Spanyol, Portugis, Belanda, dan Inggris.
e)
Lapisan
kebudayaan Indonesia yang dimualai kesadaran bangsa. Munculnya rasa
nasionalisme yang tinggi terhadap kekuasaan asing telah memberikan inspirasi
dan tekad untuk mendorong lahirnya gerakan Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908,
kemudian disusul dengan pemantapan Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.
Sejak periode perkembangan Nasional,
semakin dirasakannya perkembangan perceturan ideologi yang pada garis besarnya
terbagi atas 3 kategori yaitu:
1)
Ideologi yang menitikberatkan pada nilai-nilai agama
2)
Ideologi yang menitikberatkan pada sosialisme
3)
Ideologi yang menitikberatkan pada nasionalisme.
Cita-cita Indonesia sebagai suatu
bangsa yang modern lahir dengan pencetusan sumpah pemuda.Cita-cita tentang satu
bangsa Indonesia yang menyeluruh itu merupakan dorongan bagi ide gerakan
kebangsaan tahun 1908 yang kemudian menjadi kekuatan besar.Proklamator
kemerdekaan Republik Indonesia sebagai perwujudan dari sumpah pemuda 1928.
Pada perintisan perjuangan
kemerdekaan banyak menyimak sifat hakiki masyarakat Indonesia yang mulai
melihat nilai-nilai dari luar tersebut tidak seluruhnya cocok dan sesuai dengan
watak dan kepribadian bangsa Indonesia.Tidak mngherankan apabila para bapak
bangsa kita dimasa awal kemerdekaan dengan penuh keyakinan bersepakat bahwa Negara
baru ini berlandaskan pada asas integralisme dimana hubungan antara penguasa
dan rakyat bersifat kekeluargaan.Perasaan yang bernuansa romantisme ini adalah
suatu reaksi ekstrem dari masa pemerintahan colonial yang amateksploitatif.
Dalam Negara republic Indonesia yang
diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 itu, nilai-nilai yang luhur
merupakan kepribadian dan pandangan bangsa inilah yang kemudian menjadi
ideology dan dasar Negara yang dikenal sebagai pancasila, yang akhirnya
dituangkan dalam pembukaan undang-undang dasar 1945.Dengan demikian,
pertumbuhan dan perkembangan social budaya di Indonesia pada hakiaktnya
bersumber pada nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam falsafah dan dasarr
Negara Pancasila.
Setelah kemerdekaan, salah satu hal
penting yang menyangkut konsepsi nusantara dan yang berkembang menjadi wawasan
nusantara ialah Deklarasi 13 Desember 1957 tentang wilayah perairan Indonesia
(Mochtar Kusumaatmadja, 1993).
“Bahawa segala perairan di sekitar, diantara dan yang
menghubungkan pulau-pulau atau bagian pulau-pulau yang termasuk daratan Negara
Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah
bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan Negara Republik Indonesia dan
dengan demikian merupakan bagian dari pada perairan pedalaman atau perairan
nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak daripada negara Republik
Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan pedalaman ini bagi kapal asing
terjamin selama dan sekedar tidak bertentangan dengan kedaulatan dan
keselamatan negara Indonesia.Penentuan batas laut teritorial yang lebarnya 12
mil yang di ukur dari garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang terluar
daripada pulau-pulau negara Republik Indonesia akan di tentukan dengan UDD”.
Ada
beberapa pertimbangan yang mendorong pemerintah mengeluarkan pernyataan wilayah
perairan Indonesia adalah sebagai berikut:
1)
Bentuk geografi RI sebagai suatu negara kepulauan memiliki
sifat dan corak tersendiri yang memerlukan pengaturan sendiri pula.
2)
Bagi kesatuan wilayah RI, semua kepulauan dan laut harus
dianggap sebagai suatu kesatuan yang bulat.
3)
Penetapan batas laut teritorial (1939) tidak sesuai lagi
dengan kepentingan keslamatan dan keamanan Negara RI.
4)
Setiap negara yang berdaulat berhak dan berkewajiban untuk
mengambil tindakan yang di pandangnya perlu untuk melindungi keutuhan dan
keselamatan negaranya.
Wawasan
nusantara itu (tahun 1973 MPR-RI) menetapkan
sebagai wawasan yyang menghayati pembangunan nasional dalam segala segi
politik, ekonomi, social budaya dan hankam menekankan kepada prinsip kesatuan
wilayah, bangsa dan Negara yang memandang Indonesia suatu kesatuan yang
meliputi tanah atau darat, dan air atau laut yang tak terpisahkan.Hakikat
pemikiran tersebut telah ada dalam bangsa Indonesia, sebagaimana juga terungkap
dari istilah “tanah air” akan asas Negara kepulauan Indonesia atau azas nusantara.Walaupun berbagai etnik hidup berserakan di
pulau-pulau yang jumlahnya beribu buah itu, tetapi oleh pemikiran kesatuan
tersebut maka nusantara adalah satu kenyataan yang lebih dari hanya sekedar
kumpulan etnik belaka.Entitas itu
diikat oleh falsafah yang sama,
pancasila, yang dengan alur dan lingkup kesamannya itu meletakan kesamaan serta
perbedaan dalam suatu kesatuan.
Adapun
pembangunan yang melalui serentetan rentangan waktu itu adalah berupaya untuk
mengubah tradisi ke modernisasi dan gerak seperti itu juga sering kali didorong
oleh situasi mondinal.Dalam kaitan itu, tampak social budaya dari pembangunan
harus diartikan bahwa masyarakat itu sebenarnya bukanlah menolakpeningkatan
kesejahteraan hidup sebagai tujuan dari pembangunan, tetapi terjadi perbedaan
presepsi dan penyesuaian diri warga masyarakat dari keadaan kehidupan lama
kepada kehidupan yang baru (Garna, 1993).
Perbedaan
presepsi itu misalnya seringkali dianggap oleh pelaksana pembangunan sebagai
ketidakberhasilan subjek pembangunan dalam melaksanakan program pembangunan
yang telah digariskan dan direncanakan.Walaupun sampai juga alur balik dari
bawah yang biasanya berupa hasil evaluasi keberhasilan pembangunan dan
penampungan aspirasi dari sasaran pembangunan tersebut yang menempati serta sebagai masukan pertimbangan
ditahap nasional.Karena itu, pola pemikiran warga masyarakat dan aspirasinya
tidak selalu dapat diakomodasikan sebagai presepsi penting dalam rencana
implementasi hasil pembangunan tersebut, baik (walaupun jalur untuk itu memang
ada melalui DPR) pada tahap local regional, apalagi nasional.[5]
2.5
Perkembangan
Kebudayaan Indonesia
Kebudayaan Indonesia itu bukanlah sesuatu yang padu dan bulat,
tetapi adalah sesuatu yang terjadi dari berbagai-bagai unsur suku bangsa.Di
daerah Indonesia yang luas terdapat bermacam-macam kebudayaan yang satu berbeda
dari yang lain disebabkan oleh perjalanan yang berbeda.
Sebagaimana diketahui, bahwa unsur
sejarah yang menentukan perkembangan kebudayaan Indonesia itu terbagi dalam
lima lapisan (St.Takdir Alisjahbana, 1982) yaitu :
1. Kebudayaan
Indonesia asli
2. Kebudayaan
India
3. Kebudayaan
Islam
4. Kebudayaan
Modern
5. Kebudayaan
Bhineka Tunggal Ika
A. Kebudayaan Indonesia asli
Tentulah kebudayaan Indonesia asli,
sebelum kedatangan kebudayaan India adlah hasil pertumbuhan sejarah yang
berbeda-beda di bebagai pulau dan bagian pulau di Indonesia yang luas ini. Di
Indonesia terdapat banyak bahasa daerah dan dalam hukum adat pun jelas
kelihatan perbedaan yang nyata antara lingkungan hukum adat yang satu dengan
yang lain, meskipun banyak perbedaannya antara penjelmaan kebudayaan yang satu
dengan yang lain, ciri diri hakikat yang sama diantara kebudayaan-kebudayaan
itu sedemikian banyak dan kennyataannya dapat kita menggolongkan sekaliannya
pada dasar kebudayaan yang sama.
Seperti
dalam kebudayaan yang bersahaja yang lain
bangsa Indonesia sebelum datang kebudayaan India itu pun dapat dikatakan
mempunyai cara berpikir yang kompleks, yaitu besifat keseluruhan dan emosional,
yaitu amat dikuasai oleh perasaan. Kepercayaan kepada roh-roh dan tenaga-tenaga
yang gaib meresapi seluruh kehidupan, baik kehidupan manusia secara individu,
maupun kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan.
Ekonomi,
Hukum, Pemerintahan, dan Kesenian bukanlah keaktifan manusia yang terpisah
pisah, tetapi semuanya itu erat hubungannya, dimana yang satu mulai dan yang
satu berakhir serta semuanya berlaku di bawah naungan anggapan dan
konsep-konsep agama. Demikian juga perkawinan, kelahiran dan kematian bukanlah
kejadian atas diri manusia secara individu, tetapi seluruh masyarakat
berkepentingan kepadanya dan oleh karnanya terikat kepada aturan masyarakat.
Ciri lain
masyarakat Indonesia yang lama ialah berkuasanya nilai solidaritas. Susunan
masyarakat merupakan persekutuan yang kecil yang hidup dalam desa atau
mengembara dalam lingkungan daerah yang tentu.Persekutuan- Persekutuan itu
dapat kita bandingkan dengan repoblik demokrasi yang kecil, kepalanya dipilih
oleh orang-orang keturunan cabang suku yang tertua yang mengatur segala
keperluan dan kepentingan masyarakat itu dibantu oleh mejelis orang-orang yang
tua dalam desa.Keputusa- keputusa yang penting diambil bersama-sama dengan
musyawarah.
Salah satu
ciri masyarakat Indonesia asli ialah besarnya pengaruh perhubungan
darah.Persekutuan itu terjadi dari satu atau beberapa suku dan perhubungan di
dalam maupun di antara suku-suku itu diatur oleh adat. Dalam masyarakat dan
kebudayaan Indonesia asli terdapat beberapa corak susunan suku, yang menentukan
cara menghitung keturunan, menentukan bentuk perkawinan, hak atas tanah, soal
warisan, dan sebagainya.
Kehidupan ekonomi masyarakat yang
kecil tentulah amat terbatas. Sebagian besar dari keperluan dan bahan-bahan
keperluan manusia masih dapat diambil dengan muudah dari alam yang luas, baik
untuk makanan maupun untuk keperluan yang lain seperti ramuan rumah, alat
pembakaran, bermacam-macam perkakas, dan obat-obatan. Dalam hubungan ini,
jelaslah bahwa baik pertanian maupun peternakan masih sangat terbatas.Orang
masih sebagian besar mengambil saja dari sumber alam, baik air maupun darat
yang sangat kaya.Dalam suasana ini, tiap-tiap keluarga atau suku atau desa itu
dalam arti yang luas masih bersifat autarki.
Kalau kita simpulkan uraian tentang
nilai-nilai kebudayaan Indonesia asli, dapat dikatakan bahwa kebudayaan itu
dikuasai oleh nilai agama, yang ikuti oleh nilai solidaritas (kebersmaan) dan
nilai kesenian.Sedangkan sifatnya dalam demokrasi, nilai kuasa dalam susunan
dalam masyarakat adalah lemah.Nilai ilmu lemah karna pemikiran yang belum
berkembang, sedangkan perasaan masih terlampau berkuasa dalam menghadapi
alam.Nilai ekonomi belum juga berkembang karna kekayaan alam belum timbul.Dalam
hubungan ini, teknik tak dapat tumbuh karna orang masih terlampau terpengaruh
oleh kepercayaan bahwa kecakapan dan kekuasaan yang sesungguhnya terletak pada
yang gaib, baik berupa jiwa maupun berupa tenaga gaib.[6]
B. Kebudayaan India
Pada permulaan kurun masehi bangsa
Indonesia berkenalan dengan kebudayaan Hindu yang datang dari India itu telah
lebih maju dari kebudayaan Indonesia asli, tetapi pada pokoknya, kebudayaan
Hindu itupun bulat bersahaja dalam arti bahwa dalam kebudayaan itu pun berkuasa
agama berdasarkan cara berfikir, komplek dan emosional.
Dalam
kebudayaan Indonesia asli pun susunan pikiran masih kabur dalam selubung mistis
dan adat, di India lambat laung timbul pribadi-pribadi yang dengan sadar
memikirkan dan mengatur dalam susunan pikirannya tentang roh-roh dan tenaga-
tenaga yang gaib, tentang manusia dalam hubungan alam dan masyarakat, tentang
bahasa, tentang bangunan-bangunan dan sebagainmya.
Dalam
ajaran karma dan penitisan atau ingkarnasi kelihatan bahwa kepercayaan bangsa
yang bersahaja kepada pengembaraan roh yang disebut animisme, dengan sangat
berasio dipikirkan sehingga mendapat fungsi etik yang kuat dalam kehidupan.
Mesti diakui, bahwa etik yang berasio dan kuat itu membantu memecah massyarakat
india menjadi suatu hierarki evolusi inkarnasi berdasarkan kelahiran yang amat
kaku, ia tak dapat mengubah nasibnya yang dibawanya waktu lahirnya. Dilihat
dari suatu jurusan etik evolusi inkarnasi itu menjadi tiang agung timbuknya
suatu sistem kasta dan feodalisme, yang amat kukuh dan kaku, takdapat di ganggu
gugat.Orang yang lahir pada tingkat kasta yang tinggi sebagai brahmana atau
satria, tak dapat di ganggu gugat dalam kedudukannya berdasarkan kelahirannya.
Perkembangan
rohani dan materi yang terjadi di India
dalam 1000 tahun sebelum masehi yang memberi kedinamisan dalam
kehidupan, itu harus dianggap sebagai dorongan dan sebab orang-orang India
datang ke pulauan Indonesia sehingga kebudayaan India menjadi faktor yang penting
dalam pembentukan kebudayaan Indonesia dan pengaruh itu berjalan lebih dari
1000 tahun lamanya.
Di
Indonesia, sesungguhnya pada waktu itulah tumbuh hukum-hukum yang baru yang
terpengaruh oleh hukum-hukum india yanng mengatur soal-soal kerajaan yang
besar. Semua itu sejalan dengan timbulnya suatu hirarki kepegawaian Negara yang
menjalankan pemerintah dan memegang hukum.puncak dari dari hirarki itu.
C. Kebudayaan Islam
Pada abad ke 14 masehi, bangsa
Indonesia pula berkenalan dengan budaya baru yaitu, kebudayaan Islam atau
kebudayaan Arab Islam. Seperti kebudayaan indonesia asli dan hindu,kebudayaan
islamitupuun berpusat kepada kepercayaan kepada tenaga yang gaib (Tuhan),yang
dalam kebudayaan (Agama) Islam dinamakan Allah.Tetapi berbeda dengan animisme
dan dinamisme kepercayaan kebudayaan indonesia asli dan berbeda dengan hierarki
dewa dewa dan imanentisme kepercayaan kebudayaan india,Dalam kepercayaan islam
ada suatu jarak antara manusia, Allah, dan alam.
Dari
ayat-ayat Alquran, kitab suci agama Islam, Disimpulkan tentang perhubungaan Allah.Allah
yang mah kuasa itu adalah asal dan pencipta segala sesuatu.Dicipkakannya alam
semesta dan diaturnya segala sesuatu menurut rencana-Nya dan hukum-Nya.
Diciptakannya matahari dan
bintang-bintang, diaturnya hujan agar membasahi tanah dan lain-lain. Allah
adalah yanng menciptakan, menumbuhkan, memelihara serta menjaga segala bentuk
dan tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Dalam
perkembangan islam yang cepat sesudah abad pertama hijrah, dalam waktu yang
pendek, kebudayaan islam berkenalan dengan filsafat kebudayaan yunani kuno
dengan perantaraan terjemahan yang dibuat kedalam bahasa arab. Dengan demikian,
kebudayaan islam menjadi pewaris filsafat dan ilmu-ilmu yang bukan hanya
diulang-ulang saja, tetapi terus ditumbuhkan dengan pemikiran dan penyelidikan
yang bebas, yang dilakukan oleh pemeluk agama Islam maupun oleh pemeluk agama
Kristen dan Yahudi yang hidup dalam suasana kebebasan kebudayaan Arab-Islam.
D. Kebudayaan modern
Kebudayaan modern ini dapat juga disebut kebudayaan modern Eropa
Amerika dan haruslah kita anggap bermula pada zaman Renaissance. Ini terletak
pada zaman yunani yang kura kira lima abad sebelum masehi melepaskan diri
mereka dari suasana kebudayaan ekspresif yang dikuasai oleh mitos agama dan
mulai berpikir dengan bebas tentang alam
semesta dengan penyelidikannya secara teratur berdasarkan tenaga pikiran dan
pancaindera. Kebudayaan Yunani ini tersebar, baik ke arah Asia maupun ke arah
Eropa, tetapi terutama sekali di sekitar Lautan Tengah.Bangsa Romawi dapat dianggap sebagai pewarisnya yang
pertama, tetapi tidaklah banyak benar yang dapat ditambahkan oleh bangsa Romawi
tentang hal filsafat dan kepada warisan kebudayaan Yunani itu.Sumbangan bangsa
Romawi terletak dalam nilai kekuasaan yang berupa organisasi pemerintah dan
pembentukan hukum hal kemiliteran dan teknologi.Agama kristen pun sekedarnya
menerima pengaruh dari kebudayaan Yunani itu.
Sebagaimana diuraikan terdahulu
bagaimana usaha menyatukan kepercayaan dan konsep-konsep agama islam dengan
warisan Yunani itu, selain daripada memberikan kemajuan filsafat dan ilmu yang
amat sangat tinggi pada kebudayaan islam.
Manusia lamnbat laun bertambah lama
bertambah percaya kepada rasio atau tenaga berpikirnya, serta kesanggupannya
untuk mengets an menguasai alam sekitarnya. Kebenaran agama yang di
wahyukan terus meneruans akan
mendapat serang drai ahli-ahli
pikir,seperti Giordano Bruno, Copernicus, serta Galileo dan lain- lain dalam
abad ke-16 dan ke-17. Dalam abad-abad berikutnya perjuangan itu di teruskan
oleh Linaeus, Darwin, Marx, dan Freud.Dalam abad ke-19 kekuasaan gereja telah
amat berkurang sehinngga dapatlah Darwin mengumumkan pikiran-pikirannya dengan
tidak membahayakan jiwanya seperti rekan-rekannya yang lain, justru abad ke-18
hal itu tidak mengherankan lagi, karna antara Darwin dan Renaissans terdapat
zaman AUFKLAERUNG.
Dapat kita simpulakn bahwa citi-ciri
terpenting daripada Ilmu Modern ialah kekuatan disiplin, cara berpikir dan
penyelidikannya yang menuju pengetahuan positif dan teliti
E. Kebudayaan bhinneka tunggal ika
Setelah kita mengikuti sejarah
kebudayaan Indonesia dengan perurutan keempat kebudayaan yang berbeda-beda
konfigurasinya, dapatlah kita sekarang memahami kesatuan kebudayaan indonesia
dengan bermacam-macam penjelmaannya yang biasanya kita sebut Bineka Tunggal
Ika.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Dalam
kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat system social budaya Indonesia
sebenarnya telah tercermin.Baik itu tersirat sebagaimana terdapat dalam
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 dan Batang Tubuh Undang-undang dasar
1945.Dalam penjelasan pokok-pokok pikiran Pembukaan Undang-undang Dasar
1945 dinyatakan bahwa “undang-undang
dasar harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain
penyelenggara Negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan
memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur”.
2. system social budaya Indonesia dapat
dirumuskan sebagai totalitas tata nilai, tata social dan tata laku manusia
Indonesia yang merupakan manifestasi dari karya, rasa, dan cipta di dalam
keidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara berdasarkan pancasila dan
Undang-undnag dasar 1945.
3. Tiga
juta tahun lalu, manusia baru muncul dipermukaan bumi bersama dengan terjadinya
glasiasi atau kala plestosin(Jacob,
1971, 1983 ; Ardan 1993).Masa holisin
yang berlangsung kira-kira 10.000 tahun lalu merupakan setelah plestosin.
4. lapisan perkembangan
sosial budaya Indonesia:
a. Lapisan sosial budaya lama dan asli,
b. Lapisan
keagamaan dan kebudayaan yang berasal dari India
c. Lapisan yang datang dengan agama islam.
d. Lapisan yang datang dari Barat bersama dengan agama Kristen.
e. Lapisan kebudayaan Indonesia yang dimualai kesadaran bangsa.
5. Perkembangan kebudayaan Indonesia terdiri dari 5 lapisan :
a. Kebudayaan Indonesia asli
b. Kebudayaan India
c. Kebudayaan Islam
d. Kebudayaan Modern
e. Kebudayaan Bhineka tunggal ika
Saran
Mungkin
inilah yang dapat saya wacanakan pada
penulisan tugas ini.Meskipun penulisan ini jauh dari sempurna, minimal kita
dapat mengimplementasikan tulisan ini.Masih banyak kesalahan dari penulis, dan
penulis pun juga butuh saran atau kritikan agar bias menjadi motivasi untuk
kedepannya.Penulis juga mengucapkan terimakasih atas dosen pembimbing mata
kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia bapak Engkos Koswara, M.Ag yang telah
memberi kami tugas berupa makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Ranjabar, Jacobus.Sistem Social Budaya Inonesia.Banddung:Alfabet.2013
http://www.anneahira.com/sosial
budaya-15488.htmhttp://www.dipehira.com/perkembanganmanusia-15555.htm
http://www.anggias.com/kebudayaanindonesia-128090.htm
[1] Jacobus Ranjabar. Sitem
Sosial Budaya Indonesia.Hlm 68-70
[2] Jacobus Ranjabar, Sitem
Sosial Budaya Indonesia. Hlm 70-72
[3] Jacobus Ranjabar, Sitem
Sosial Budaya Indonesia. Hlm 72-74
[4] Jacobus Ranjabar, Sitem
Sosial Budaya Indonesia. Hlm 75-80
[5] Jacobus Ranjabar, Sitem
Sosial Budaya Indonesia. Hlm 80-83
[6] Jacobus Ranjabar, Sitem
Sosial Budaya Indonesia. Hlm 83-84
Tidak ada komentar:
Posting Komentar